Wednesday, August 3, 2011

CABUTTT!!!

Ini adalah perjalananku yang pertama naik kereta, pulang kampung bersama seorang teman.
Namanya Panji.
Kami telah merencanakan perjalanan ini sejak seminggu yang lalu.
Orang-orang tahu aku bukan tipe pemberani yang punya nyali untuk membolos dari apapun.

Bahkan kakakkupun bertanya begini saat aku tiba-tiba mengabarinya aku akan pulang Hari ini:
Mbak Kris: “Maneh beneran arep pulang? Libur gitu? Kok Kamis-Kamis mulih?”
(Kamu beneran mau pulang? Libur gitu? Kok hari Kamis pulang?)
Aku: “Enggak. Aku mbolos!”
Mbak Kris: “Lah, numben wani!”
(Lah, numben berani!)

Yah, begitulah..
Keluargaku saja tahu betapa pengecutnya aku.
Tapi, aku punya alasan yang super kuat mengapa aku nekat ingin kabur ke Bandung.
Pertama, dan yang paling kuat adalah: SAYA TIDAK SUKA KELAS TV!!
Saya muak dengan ketidakpastian saat belajar dengan orang-orang dari TV. Sudah berkali-kali, saya dan kawan-kawan dikecewakan oleh jadwal-jadwal tak tentu. Belum lagi ulasan-ulasan dangkal soal penyombongan diri karir orang-orang tertentu.
Maaf, bukannya saya sok-sok-an protes atau apa, tapi saya sudah FED UP!!
Kedua, saya kangen dengan orang-orang yang saya cintai: ibu dan kawan-kawan lama saya.
Ketiga, saya butuh waktu untuk istirahat.
Keempat, saya ingin refreshing. Melupakan hal-hal buruk di Jakarta.

Oke, kembali ke kronologis membolos saya yang melibatkan KEBERANIAN itu.
Jadi, pada hari Kamis, saya dan Panji sudah sepakat untuk segera ke Stasiun Gambir tepat pukul 3.
Rencana sudah tersusun rapih. Tiket kereta api bisnis pp Jakarta-Bandung yang kami pesan kemarin sudah aman di dompet saya. Barang bawaanpun sudah siap.
Seperti biasa, orang-orang TV datang terlambat. Pukul 11 mereka baru masuk kelas. Memberi feedback seadanya soal pengambilan gambar reportase kami pada hari sebelumnya dan dengan gampangnya menyuruk kami keluar lagi untuk mengambil gambar-gambar yang kurang.
Karena dari awal kami sudah tidak suka, maka, tak satu kelompokpun yang rela beranjak.
Kami makanpun makan siang. Lalu main komputer sepuasnya.
Menjelang pukul 3, Panji memberi isyarat padaku untuk cabut dari kelas. Akupun segera menyambar ransel dan berpamitan pada satu dua orang yang cukup dekat denganku.

Kamipun setengah berlari menuruni tangga menuju pintu keluar.
Sial!
Tepat di depan pintu keluar, Sang Maestro sedang duduk santai menghisap rokok sambil mengobrol dengan seorang teman kami.
Melihat kami berdua keluar membawa tas, Sang Maestro menanyai kami mau pergi ke mana.
Kami bilang kami mau pulang.
Maestro melarang kami, tanggung, katanya. Tunggu sebentar lagi.
Dia sama sekali tak tahu, dalam sejarahnya yang panjang, kereta tak pernah mau menunggu dua siswa pembolos seperti kami.
Kamipun duduk tak tenang sambil sesekali mengecek jam tangan seolah dengan berbuat begitu waktu akan membeku.

Akhirnya, setelah penantian yang gelisah, orang-orang TV yang tadi pergi kembali, kali ini, entah mengapa, jumlah mereka berlipat ganda.
Tanpa menunggu lama, Panji segera beraksi.
Dia minta ijin untuk sembahyang. Aku, yang saraf kepekaannya tumpul malah menimpali agar kami sembahyang di SANA saja. Setelah momen kaku beberapa detik, aku meralat ucapanku: di atas saja! Iya, di sana!

Akhirnya kami berhasil LOLOS! Lari, pontang-panting ke luar. Naik bajaj, turun Gambir, membeli makan dan minum seadanya lalu mengirim pesan dan beberapa foto tentang kegemilangan kami pada kawan2 yang masih terjebak di dalam kelas bersama MEREKA! Haha!

No comments:

Post a Comment

If you have any ideas about the post above, please leave comment^^ I'd be very appreciative